Selasa, 22 Januari 2008

TERUS BERLARI …JANGAN BERHENTI!!

TERUS BERLARI …JANGAN BERHENTI!!

“Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:12-14)


DI GARIS START: Apa dorongan dan tujuannya?

Pernahkah Saudara menonton perlombaan lari? Apa yang Saudara perhatikan dari para atlet lari itu? Bila saya memperhatikan sebuah lomba lari, maka yang menarik perhatian saya adalah para pelari yang sedang berjajar di garis start untuk memulai pertandingan tersebut.
Pertama-tama, saya akan bertanya, mengapa mereka mengikuti lomba tersebut? Apa motivasinya? Hadiahkah? Prestasikah? Atau memang karena ia berprofesi sebagai seorang pelari? Saya rasa setiap mereka memiliki motivasi yang berbeda-beda. Gambaran tentang lomba lari ini mengingatkan saya tentang kehidupan manusia yang ibaratnya sedang berada dalam suatu kancah perlombaan. Setiap manusia pasti memiliki pendorong hidup yang berbeda-beda. Ada yang menjalani hidup ini dengan dorongan-dorongan eksternal, yaitu dorongan dari luar diri mereka sendiri. Misalnya, seseorang terus bertahan hidup karena ada orang lain yang dia kasihi dan tidak rela ia tinggalkan; Ada lagi seseorang yang bertahan hidup karena hal-hal yang ia miliki di dunia ini, entah itu harta, uang atau kekayaan material lainnya, sehingga ia sedapat mungkin akan terus betahan hidup demi apa yang ia miliki. Selain itu, ada dorongan internal yang membuat seseorang itu terus bertahan untuk hidup, yaitu dorongan-dorongan dari dalam diri mereka sendiri. Misalnya, seseorang terus bertahan hidup karena ia merasa dirinya begitu bernilai, ia merasa bahwa ia begitu berharga, ia memiliki konsep diri yang kuat yang menyebabkan ia dapat terus hidup di dunia ini.
Kedua, saya akan bertanya, kira-kira apakah yang sedang dipikirkan para pelari itu tatkala mereka sedang bersiap diri untuk berlari? Pandangan dan arah mata mereka melihat ke depan. Namun, apa yang sedang mereka pikirkan? Apakah mereka memikirkan orang-orang yang mereka kasihi di rumah mereka masing-masing? Atau apakah mereka sedang memikirkan masa lalu mereka sendiri, seperti kegagalan-kegagalan mereka, keberhasilan mereka atau pengalaman-pengalaman traumatis mereka? Bila ya, maka saya rasa pelari itu tidak akan dapat berkonsentrasi untuk berlari sampai ke garis finish, karena pikirannya masih dijejali oleh pikiran-pikiran masa lalu yang menghantui dirinya sendiri, bahkan dapat menyeret orang itu sehingga ia tidak dapat bergerak maju menuju kemenangan itu. Tentunya seorang pelari harus berpikir dan memandang ke depan. Yang harusnya ia pikirkan adalah apa yang menjadi tujuan atau sasaran perlombaannya, yaitu kemenangan dan hadiah yang diidamkan oleh setiap peserta lomba. Hal ini sebenarnya juga menggambarkan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Jikalau pikiran seseorang masih ‘disekap’ oleh gerombolan pengalaman traumatis yang masih terus dikenang dalam hidupnya, maka niscaya ia akan tersendat-sendat dalam menjalani kehidupannya. Ia sulit untuk maju, karena selalu pikirannya bergerak mundur ke masa lalu dan tidak berani menatap masa depannya. Begitulah juga orang yang masih dikuasai dan dihantui oleh pengalaman traumatisnya. Ia begitu sulit bergerak untuk maju dan berkembang dalam hidupnya.
Dalam Filipi 3:12-14, Rasul Paulus menggunakan gambaran orang yang berlomba lari untuk menjelaskan kepada kita tentang pendorong hidup dan sasaran hidup seorang percaya. Kedua hal inilah yang perlu diperhatikan dan terus ditanyakan kepada diri sendiri di dalam menghadapi pengalaman traumatis yang dihadapinya.

APA YANG MENDORONG HIDUPMU?

“…akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” (ay.12).
Ayat ini merupakan cuplikan kesaksian tentang kehidupan Rasul Paulus. Bila memperhatikan kehidupannya, maka sebenarnya Paulus telah mengalami begitu banyak pengalaman hidup, baik yang manis maupun pahit. Tentunya pengalaman yang pahit itu dapat menjadi pengalaman traumatik yang dapat menghalanginya untuk terus melayani Tuhan. Berbagai macam penganiayaan baik badani maupun jiwani telah ia alami, belum lagi adanya fitnahan dari orang-orang yang tidak menyukainya. Bahkan ketika menuliskan surat Filipi, Paulus sedang berada di dalam penjara yang pengab dan lembab. Namun Paulus tidak menyerah kalah, ia tidak ‘didikte’ oleh pengalaman masa lalunya. Sebenarnya apa rahasia Paulus sehingga ia dapat terus bertahan dan dapat tetap maju dalam pelayanan dan kehidupannya? Jawabnya terdapat dalam ayat 12 ini. Dalam ayat ini, Paulus menuliskan pernyataan imannya yang teguh: ‘aku telah ditangkap oleh Kristus Yesus.’ Pernyataan ini mengandung makna yang dalam.
Pertama, ia mengakui bahwa hidup dan panggilannya adalah karena kasih karunia dari Tuhan. Bagi Paulus, yang membuat ia menjadi pengikut Kristus bukan karena jasa atau usahanya, tapi semata-mata karena ia telah ‘ditangkap’ oleh Yesus Kristus. Perjumpaannya dengan Tuhan dalam perjalanan menuju Damsyik, telah menjadi titik balik hidupnya. Pada saat itulah ia bertobat dan menjadi manusia yang baru, yang orientasi hidupnya berubah. Dari seorang pengejar dan pembunuh orang Kristen—setelah dikejar dan ditangkap Kristus—ia berubah menjadi pengejar dan pemenang jiwa bagi Kristus. Peristiwa inilah yang ia maksudkan dengan peristiwa di mana ia ‘ditangkap’ oleh Kristus. Pengalaman inilah yang menjadi pendorong kehidupan dan pelayanannya. Sehingga dengan demikian, bilamana ia mengalami tekanan hidup atau tatkala pengalaman traumatik nya kembali ‘menjajah’ pikirannya, maka ia dapat bertahan karena adanya kasih Kristus telah dinyatakan atas dirinya.
Kedua, pengakuan ini mengandung makna tentang siapa yang berotoritas di dalam hidupnya. Peristiwa ‘penangkapan’ Paulus oleh Yesus bukan saja mengubah cara hidupnya, tetapi yang lebih mendasar adalah terjadinya perubahan dalam hal siapa yang menjadi pengendali hidupnya. Sebelum mengenal Kristus, Paulus hidup dan bekerja demi hukum taurat seabagai otoritas dalam hidupnya (Fil 3:4-7). Namun setelah mengenal Kristus, ia mengakui Kristus sebagai satu-satunya otoritas yang mengendalikan hidupnya (Fil 3:10). Hal ini menyebabkan ia memandang Kristus sebagai oknum terbesar dalam hidupnya, dan ia mengakui bahwa Kristus jauh lebih besar dari segala masalah dan beban hidupnya, serta pengalaman-pengalaman pahit yang pernah ia alami. Ketika seseorang menyadari bahwa Kristus yang terbesar di dalam hidupnya, maka ia akan sanggup untuk menjalani hidupnya.
Dari kedua hal di atas, maka jelaslah bahwa kekuatan seseorang untuk menangani pengalaman traumatiknya adalah dorongan kasih karunia Tuhan. Hanya Dialah yang mampu menolong kita mengatasi pergumulan hidup dan pengalaman traumatik yang menjajah kita. Masalahnya, apakah kita sudah ‘ditangkap’ oleh Kristus Yesus? Dan sudahkah kita menjadikan Dia sebagai otoritas utama dalam hidup kita?

APA YANG KAU KEJAR DALAM HIDUPMU?

“…aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus
Yesus.” (ay. 14)
Selain Paulus memahami bahwa Kristuslah pendorong hidupnya, maka ia mengatakan bahwa untuk terus maju dalam kehidupan dan pelayanannya, seseorang percaya harus melakukan tiga hal sekaligus: (1) melupakan apa yang di belakang, (2) mengarahkan diri kepada yang di depan dan (3) berlari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah panggilan sorgawi. Ketiga hal ini persis seperti langkah yang harus dilakukan oleh seorang atlet lari ketika ia sedang bersiap-siap untuk berlomba lari.
Menangani pengalaman traumatik dalam hidup kita, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perlu adanya proses yang tidak sebentar dan kerjasama dengan Tuhan, empunya hidup kita. Kerjasama yang melibatkan kita dan Tuhan berarti ada bagian yang harus kita lakukan dan ada bagian yang memang hanya Tuhan dapat lakukan. Paulus telah menuliskan tiga hal yang dapat orang percaya lakukan untuk mengatasi trauma-taruma dalam hidupnya. Memang benar, Tuhan dapat menyembuhkan dan memulihkan kita dari luka-luka trauma, namun perlu adanya ‘perjuangan’ dari pihak kita.
Paulus telah berhasil melakukan perjuangan yang ia dapat lakukan sebagai manusia, ia belajar melupakan masa lalunya yang mengganggu, ia belajar untuk mengarahkan diri kepada masa depan dan ia terus berlari untuk melihat kepada panggilan sorgawi itu. Dengan kata lain, sebenarnya hadiah kemenangan itu sudah tersedia bagi setiap orang percaya yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, karena itu teruslah berlari mencapainya. Pandanglah kepada panggilan sorgawi itu, pandanglah kepada hidup kekal yang Tuhan sediakan bagi orang percaya. Maka hal ini akan membuat hidup setiap orang percaya penuh pengharapan dan tidak lagi dibelenggu oleh masa lalunya. Dalam suratnya yang lain, Paulus berkata, “sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” Inilah yang harusnya menjadi sasaran hidup orang percaya, yaitu kemuliaan kekal di sorga bersama dengan Bapa Surgawi yang penuh kasih.

Paulus berhasil menjalani kehidupannya sampai garis akhir, dan melalui jatuh bangun yang ia alami, ia terus memandang kepada Kristus yang panggilan-Nya begitu kuat dan dahsyat. Ia telah berhasil berdamai dengan masa lalunya, karena ia sadar Tuhanlah pendorong hidupnya. Ia tidak lagi menyalahkan masa lalunya, tetapi ia menerimanya sebagai satu karya Tuhan untuk menjadikannya kuat dan teguh dalam iman. Ia juga tidak takut menghadapi masa depannya, karena ia yakin Tuhan sudah menjanjikan mahkota kemuliaan sebagai ganti penderitaannya selama hidup di dunia ini.

Marilah belajar dari Paulus, TERUSLAH BERLARI, JANGAN BERHENTI, KARENA ENGKAU SUDAH DITANGKAP OLEH KRISTUS dan ITU CUKUP BAGIMU. Amin.

Author : Nicholas Kurniawan

Tidak ada komentar: